Minggu, 14 Februari 2010

Menjadi Terate di Tengah Zaman

Sempat terfikir jika Sang Terate mampu berkembang di bawah teriknya mentari., maka kita juga pasti bisa menegakkan kekuatan perdamaian di bawah bayang-bayang gilanya peradaban. Dan tetap mampu menembus ruang permusuhan dan pertikaian. Alangkah indahnya jika ternyata kita pun mampu jika harus menelisik rahasia jiwa yang beragam.

Menjadi sosok Terate memang tak terlalu mudah. Itu berarti kau harus mampu menyelaraskan jeritan jiwa dengan alunan musik Illahi. Kau mesti mampu mengungkap misteri di balik lemahnya wujudmu. Bukan kebanggaan yang harus kau kejar, melainkan sebuah celah kerelaan Tuhan, meski keridhoan itu teramat lekat dengan penderitaan dan cemoohan manusia dzolim.

Menjadi Terate, berarti kau juga harus mampu untuk mempelajari setiap lembar demi lembar tulisan ilmu yang terpatri di daunnya yang melebar.
Di sana tertulis amanah yang takkan mampu dicerna oleh insan yang berjiwa cinta dunia. Yang masih terikat dengan unsur egois, serakah, dan ketergesaan.

Wahai insan Terate, bersamamu aku akan mengangkat sebuah rahasia terindah di sebalik jati diri kita yang sebagian mesih tertutup oleh kelengahan. Cobalah kau lihat daunnya yang melebar nan hijau bak permadani surga, itu berarti ia berusaha mengajarkan kecintaan terhadap perdamaian yang hakiki. Begitu juga luasnya samudera kesabaran yang mesti kita kuasai.

Pernahkah insan menyentuh secercah rasa damai, ketika ia dimabuk keangkaramurkaan yang membelenggunya …? Ku rasa jawabnya tidak. Dan ku rasa kau pun akan bergumam sama sepertiku, seperti anak kecil lainnya. Bahkan orang yang jahil pun akan mengatakan tidak…

Namun, sering kali kau merindukan perdamaian dan sering kali jua kau bersenandung lagu persaudaraan. Itukah yang kau cari ? Sedangkan yang kau suka adalah memelihara sifat angkaramu. Rasanya tak berlebihan jika sebuah pepatah mengingatkanmu, “bagai menegakkan benang yang basah”.

Yah…! Menjadi Terate di Tengah Zaman memang terlampau sulit untuk diwujudkan. Itu karena hatimu sendiri yang menolak persaudaraan. Dan kau lebih bangga dengan cara berjalanmu yang mencerminkan kesombongan, cara berbicaramu yang berlindung di balik kata ‘pergaulan’, dan cara berfikirmu yang terperangah oleh kotornya zaman.

Tapi, Menjadi Terate di Tengah zaman, tak begitu sulit jika kau mampu membaca kitab tersembunyi di balik daunnya yang lemah dan seolah tak berarti. Tentunya dengan kejernihan berfikir yang dibumbui kesungguhan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang, sungguh terdapat pelajaran bagi orang yang berakal” (QS. Ali- Imron : 190)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar secara bijak

KENAL DIRI BERBUDI LUHUR