Sabtu, 04 Mei 2013

Pendekar, Inilah Tugasmu


Masih ingatkah masa pahit getir ketika menuntut ilmu dahulu? Yah, begitulah tabiat ilmu, selalu saja dipeluk oleh kesengsaraan dalam menggapainya. Segala Puji bagi Allah swt, karena kini berkat rahmat-Nya kita dapat merasakan nikmat ilmu tersebut dan berhasil meraih gelar sebagai pendekar SH Terate yang sangat membanggakan. Namun, tidak berhenti sampai di situ perjuangan kita. Dalam mengemban misi ‘Memayu Hayuning Buwono’, kita mendapat amanah yang tidak boleh dilupakan. Yang menjadi tolak ukur seberapa berartinya masa hidup kita.

Dengan diberikannya gelar Pendekar SH Terate dan mengingat Sumpah Bersama yang pernah kita ikrarkan, inilah tugas abadi yang harus kita emban:

  1.  Nglakoni (Mengamalkan)
Di masa siswa kita mendapatkan berbagai macam disiplin ilmu. Baik di bidang persaudaraan, olah raga, bela diri, kesenian maupun bidang spiritual. Kini setelah disahkan menjadi Pendekar SH Terate, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengamalkan berbagai bidang ilmu tersebut.
a.       Di bidang persaudaraan caranya dengan kita gemar menyambung silaturahmi. Kepada siapapun, tanpa pandang latar belakang. Bukankah dengan silaturahmi kita akan mendapatkan kelapangan rizki dan umur yang panjang? Sangat salah jika kita menganggap pendidikan bersaudara hanya patut kita aplikasikan kepada sesama warga SH Terate. Kita dididik untuk menunjukan sikap bersaudara kepada seluruh manusia.
b.      Di bidang olah raga caranya dengan kita menjaga kesehatan, kebugaran dan kekuatan tubuh kita. Dengan tubuh yang sehat dan kuat, kita akan mampu melakukan tugas – tugas yang berat. Mencari nafkah, menuntut ilmu dan sebagainya. Semasa siswa, raga kita telah dibina sedemikian rupa. Pertahankan dan tingkatkanlah. Jangan sebaliknya.
c.       Di bidang bela diri caranya dengan kita melatih senam, jurus dan teknik lainnya. Baik bela diri tangan kosong maupun bersenjata. Pisau yang tidak diasah akan berkarat dan menurun tingkat ketajamannya, begitu pun dengan kemampuan bela diri. Jadi tetapkanlah jadwal latihan pribadi untuk mengasah kemampuan tersebut. Bisa seminggu sekali atau beberapa waktu sekali sesuai keinginan. Kalau setahun sekali itu sangat keterlaluan.
d.      Di bidang seni caranya dengan kita senang mengasah daya seni. Baik itu seni melukis, seni membaca Al-Qur’an, seni gerak silat dan sebagainya. Seni itu memperhalus budi.
e.      Di bidang spiritual/ kerohanian caranya dengan kita berupaya untuk senantiasa berbuat baik dan benar. Terus memperbaiki diri dalam berakhlaq dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Ajaran SH Terate itu universal. Kaji terus ilmu ke-SH-an dan senanglah sowan kepada para sesepuh. Mudah – mudahan itu menghantarkan kita untuk menggapai kasampurnan. Sempurna dalam menjalani kehidupan dan kematian.

  2.   Ngomongi (Menasihati)
Tugas yang ke dua adalah ngomongi / menasihati / mengingatkan jika ada saudara kita yang berbuat kurang elok. Bisa juga kita datang ke tempat latihan di manapun dan memberikan nasihat dalam forum kerohanian siswa. Tapi menasihati ini tidak terpaku oleh waktu dan tempat. Artinya kapanpun dan di manapun kita berkewajiban mengingatkan saudara kita, terlebih jika kita melihat perbuatannya yang tidak baik. Tapi tetap harus diingat prinsip empan lan papan (tahu situasi dan kondisi). Pergunakanlah cara dan bahasa yang penuh hikmah dan bijaksana.
Kemudian jika kita menjadi pihak yang dinasihati/ diingatkan, hendaknya kita kendurkan syaraf dan melapangkan hati untuk menerima nasihat tersebut. Dan segera melakukan perbaikan diri. Tak lupa ucapkanlah terima kasih kepada saudara yang mengingatkan tersebut. Saling bersalaman dan berpelukan sebagai tanda eratnya persaudaraan juga baik (khusus sesama jender)

  3.  Nyontoni (Menjadi teladan)
Leluhur kita mewasiatkan, “Nasihat dengan contoh perbuatan jauh lebih berkesan dari pada nasihat dengan lisan”. Tidak tampak ketinggian ilmu seseorang sampai dia menunjukkan dalam tingkah laku kehidupan sehari - harinya. Yah, jadilah teladan dalam keluarga dan masyarakat di manapun kita berada. Seperti Terate yang selalu tampak indah dan simpatik di manapun berada. Seperti ayam jago yang melambangkan agar kita menjadi jagonya masyarakat, yang dapat diteladani dan diandalkan. Jadilah pribadi yang menginspirasi.

  4.  Meneng/ anteng (Diam/ tenang)
Yang terakhir adalah diam dan tenang. Jika tidak perlu janganlah banyak bicara atau berbuat hal yang memalukan bagi diri sendiri. Jagalah kehormatan diri dari segala hal yang dapat mengahncurkannya. Saya rasa kita semua sudah cukup dewasa untuk memahami maksudnya. “Diam dan tenang adalah perhiasan bagi orang yang berilmu.”

Demikianlah tugas – tugas yang sejatinya harus kita perjuangkan hingga titik akhir kehidupan. Lingkarkanlah mori di tubuhmu, lalu berazamlah sekuat hatimu. Jika ajal telah datang ia akan menjadi teman dan saksi bagimu.
Duhai Tuhan Pencipta alam semesta, berkahilah umur kami. Kumpulkanlah kami dalam golongan orang yang bersaudara karena-Mu. Tutup usia kami dalam keadaan yang Engkau ridhai. Aamiin.

(By: Muhammad Taufiq Aribowo)

1 komentar:

Silakan berkomentar secara bijak

KENAL DIRI BERBUDI LUHUR